Cerita Masyarakat Desa Pantai Ulin Kecamatan Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan; Datu Ulin

pict1452Kabupaten Hulu Sungai Selatan berjarak sekitar 145 kilometer dari Banjarmasin dan kota Kandangan sebagai ibukotanya. Di wilayah ini, tepatnya di kecamatan Simpur, terdapat sebuah desa yang dinamakan desa Pantai Ulin. Entah kenapa dinamakan dengan nama tersebut, menurut hemat saya mungkin dulu daerah ini memang awalnya pantai, atau kata “pantai” diartikan sebagai daerah yang kaya akan sesuatu (daerah yang kaya akan ulin atau kayu besi) karena ada juga daerah di Hulu Sungai yang diberi nama pantai, seperti Pantai Hambawang.

Di desa ini berkembang sebuah cerita yang mengisahkan kesaktian tokoh yang mereka percayai masih hidup di alam lain yaitu Datu Ulin. Datu Ulin dipercaya sering muncul pada saat upacara syukuran yang di adakan di desa setiap setelah selesai panen. Upacara syukuran ini masih diadakan sampai sekarang. Menurut penuturan Camat Simpur dan beberapa warga, setiap syukuran dilaksanakan, pesertanya selalu membludak, padahal warga yang diundang hanya berasal dari desa-desa yang bersebelahan dengan desa Pantai Ulin, yang apabila dihitung-hitung jumlah tidak sampai sepuluh ribu orang, akan tetapi yang hadir malah lebih dari itu. Sisa peserta yang sedemikian banyaknya tersebut dipercaya berasal dari alam gaib, alias mahluk halus.

Menurut cerita, dahulu ada sebuah pohon ulin (kayu besi) yang tumbuh dengan subur, lebat, dan batangnya sangat besar. Di pohon inilah kemudian hinggap seekor burung yang sangat besar. Karena pohon tersebut sangat besar, burung ini pun sangat senang berada di sana, mudah mencari makan dan dapat mengawasi wilayah yang ada di sekitarnya. Di sini lah dimulainya sebuah bencana besar. Burung tersebut mulai memakan manusia yang ada di sekitar desa, lambat tapi pasti. Selain itu, kepakan sayap si burung menimbulkan angin deras yang dapat menerbangkan pohon, rumah, dan apa saja yang ada di sekitarnya. Warga desa menjadi takut dibuatnya. Setelah menjalani sebuah pembicaraan, mereka setuju untuk bergotong royong menebang pohon ulin karena hanya itu jalan satu-satunya agar burung ganas dapat diusir.

Waktu yang telah disepakati untuk menebang pohon tersebut pun tiba. Orang-orang mulai mengeluarkan parang mereka dan berusaha menebang pohon ulin. Tapi apalah daya, karena sudah terlalu tua, pohon tadi sangat sulit untuk ditebang, jangan kan untuk memotong, melukai batangnya pun sangat sulit. Setelah beberapa lama, parang dan segala alat pemotong pun habis, karena patah dan sudah tidak dapat digunakan lagi.

Mereka bertambah gusar, semuanya terdiam, memikirkan cara bagaimana memotong pohon tersebut. Salah seorang warga tiba-tiba mendengar burung tinjau (murai) yang berbunyi “kuit cau, kuit cau”. Warga tersebut tiba-tiba mendapat ilham. Ia mengartikan suara burung tersebut dengan “kuit (congkel) dengan pisau”. Ia pun pulang dan mengambil pisau kecilnya di rumah. Setelah kembali, para warga desa menertawakannya, mengapa tidak, jangankan pisau, bahkan parang yang sangat besar saja tidak dapat berbuat banyak. Ia tidak menghiraukan ocehan mereka, ia tetap melakukan apa yang dipercayanya untuk dapat menumbangkan pohon tersebut.

Ternyata apa yang diyakininya itu terbukti! Dengan sekali congkel di bagian akar dengan menggunakan pisau tadi, pohon ulin yang besar dapat tumbang. Warga desa terkejut tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan. Mereka menghampiri dan menyanjung. Warga yang berhasil menumbangkan pohon ulin tersebut kemudian diberi gelar sebagai Datu Ulin.

Pohon ulin tersebut dipercaya oleh masyarakat Pantai Ulin tumbang sampai ke Marabahan. “Marabahan tu bakas karabahan pohon ulin, makanya dingarani urang Marabahan” kata beberapa orang tua di sana.

Cerita tadi mungkin hanya sebuah dongeng, tapi masyarakat di desa Pantai Ulin mempercayainya sebagai kenyataan. Salah satu tokoh pemuka bahkan memiliki bukti berupa beberapa bekas potongan parang yang patah akibat pohon ulin tersebut dan sebuah pisau yang merupakan alat yang digunakan untuk mencongkel pohon ulin tadi. Kata beberapa orang warga, tidak semua orang diijinkan melihat benda-benda tersebut, tapi kebetulan saya, dosen saya dan beberapa orang teman berkesempatan untuk melihat benda tersebut.

Terserah percaya atau tidak, yang pasti saya mengharapkan komentar dari semuanya…

14 pemikiran pada “Cerita Masyarakat Desa Pantai Ulin Kecamatan Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan; Datu Ulin

  1. mungkin cerita itu memang benar karna ibu saya berasal dari desa ulin…saya pernah di bawa ke tempat dimana pohon itu berada,saya namun tidak melihat pohon yang sudah tumbang itu,tetapi tante saya melihat karna tante saya katakanlah bisa melihat makhluk halus.

  2. Saya dukung pelestarian khazanah cerita kandangan seperti datu ulin, datu ning bulang di hantarukung, datu hamawang dan sejarah mesjid quba, tumenggung antaluddin mempertahankan benteng gunung madang, bukhari dan perang amuk hantarukung di simpur, datu naga ningkurungan di lukloa, datu singakarsa di pandai, mesjid ba angkat di wasah, dakwah penyebaran agama islam datu taniran dan datu balimau, kuburan tumpang talu di parincahan, pahlawan wanita aluh idut di tinggiran, panglima dambung di padang batung sampai cerita tentang perang kemerdekaan Divisi 4 ALRI yang dipimpin Brigjen H. Hasan Basyri dan pembacaan teks proklamasinya di Kandangan.Semuanya adalah salah satu aset budaya bagi Kalimantan Selatan.

  3. saya percaya dengan cerita itu, dan saya juga mendukung klw ada yang mau melestarikan kebudayaan dan sejarah yang ada di KANDANGAN hulu sungai selatan

  4. Kalau menurut hemat kae ada 2 isi dlm cerita tersebut :
    1.cerita riwayat sesorang yg baek..tp tidak d gubris org kampung.
    2.cerita tentang burung besar dan pohon yg besar..
    Kesimpulan nya kae menyetuzui itu memang ada..

  5. aq tihul org btang kulur , hdk thu ksah2 datu nini kta bhari, supya kta kwa ma ambl hikmah dr crta tsbt. .

  6. konon ilmu2 yg dimiliki para datu, sekarang telah diwariskan kepada keturun2 nya yg terpilih sebagai pewaris dan memelihara ajaran dan ilimu2 datu.dan kesaktian beliau yg keturunnya tersebar diseluruh wilayah nusantara.

  7. Saya berasal dari Desa Halayung/Ulin, sangat setuju dengan Cerita Datu-datu yg berasal dari Daerah Kandangan, karena saat ini sangat jarang anak muda tahu dan kenal dengan cerita seperti ini, semoga anak cucu kita nanti bisa dan dapat mengenal cerita datu ninik mereka bahari…..

  8. kita buhan hulu sungai sebenarnya kaya akan cerita/dongeng,kisah2 orang bahari.. mari kita lestarikan. itu merupakan suatu kelebihan tersendiri bagi kita.. salut gasan kawan kita nang ampun blog ini.. mari kita jalin parsaudaraan sasama buhan pahuluan.. rantau,kandangan,barabai,amuntai,balangan,dll

  9. Datu duhat…Alhamdulillah jah hidin..
    ….صلى الله على محمد
    …الله اكبررر

Tinggalkan komentar